/setumpak sajak/
darimanakah rima pantun berbunyi bersibantun
kalaulah bukan orang jauh yang melantun
duh, tubuh dipisah serupa ubi patah di tampuk
bilamana peristiwa lama tingal gaung batang berlubang
—malanglah kita semua, yang lupa berpantun berseloka.
sungguh kita tak sedang memisahkan garam dari air laut,
tak sedang meremas asam di atas talam tembaga,
tak berusaha meminang unggas betina untuk si jantan.
aduhai berpantun…. memasang sunting-pasang kopiah
bagi nada ingatan yang hendak berpiuh dendang lama.
hei, orang jauh. dihela juga hendaknya kisah malang si anak dagang.
sambil menyeruput kopi dan rokok sebatang, mari mengingat
pulau pandan jauh di mata dan batang cempedak di tepi bandar
yang ditanam anak orang bukittinggi. agar pertalian lama terkebat erat
dan kalimat di gelanggang tak sekedar riuh persabungan ayam
pantun bakal menari, berpiuh setumpak sajak, berdekap kuat gurindam.
inilah pantun si anak dagang, menumpang di biduk rumpang
meyeberangi teluk, merenangi selat, agar beralamat
pada lengang kampung:
/sekodi pantun/
ke pulau perca membeli lada
lada dibeli pencampur gulai
mulanya pantun hendak direnda
dari bismillah kita memulai
anak bincacak anak bincacau
pandai menggesek rebab pesisir
kalaulah tuan hendak meracau
janganlah pantun ini dicibir
pinang merebah ke parak orang
batang bergabuk digurik kumbang
perihal cinta minta diulang
berkalang tanah badan di petang
berkulik elang bukit langkisau
pertanda hujan segera datang
kalau direntang si benang risau
tak bakal terpijak tanah kampung
tuan kopi pergi ke padang
membeli baju corak melayu
mengapa dinda berdiri seorang
ingin rasanya kanda merayu
bujang pariaman pergi merantau
menggoda gadis sambil menggalas
dalam badan angin menghalau
sebab di kampung kenangan tumpas
disuruh ke surau mengaji nahu
malah rebana ramai ditepuk
ini derita siapa yang tahu
sebab di badan sakit menumpuk
parang dibeli di pasar lereng
bikinan orang tanjungbarulak
jikalau datang sakit meradang
diberi obat jangan menolak
pisang setandan masak didulang
peneman duduk kita di lepau
inilah pantun pengiring dendang
untuk diingat bujang di rantau
teluk bayur di pantai padang
labuhan olanda dan orang siam
janganlah buruk pantun dipandang
bakal peredam rindu yang dalam
tuan datuk makan di lepau
rendang dipesan dendeng yang datang
dalam mimpi dinda menghimbau
makin memuncak rinduku kampung
kapal merapat di bandar muar
kapiten berdiri di ujung geladak
hendak dengan apa rindu dibayar
di rantau dagang belumlah tegak
membeli kambing di muarapanas
pasarnya ramai alangkah riuh
kiranya cinta dimana bertunas
biarlah rasa menunjukkan arah
anak ayam main di semak
diintai musang berbadan legam
dalam hujan ingatan merebak
dinda seorang bisa meredam
di tengah sawah angin merendah
layang-layang tak jadi terbang
di badan rasa sudah terdedah
harapan dagang bakal menghilang
bunga tanjung tumbuh di tepian
harumnya diarak angin gebalau
apalah arti di rantau sendirian
kesana-kemari tak ada menghirau
induk beras pergi ke pasar
membeli kemeja lengan panjang
dagang belumlah cukup besar
masih terkejut dihardik orang
berliku jalan ke bukittinggi
di lembah anai singgah dahulu
jangankan dagang terbang meninggi
di rantau masih menahan malu
tegak menjulang gunung merapi
kokoh merentang gunung singgalang
jikalau dagang tidak menepi
alamat badan benar menghilang
ke bakauheuni kapal disauh
dari merak kita menumpang
inilah pantun si orang jauh
bakal pengobat rindukan kampung
Jalantunggang, 2009